Krisis Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Facebook
Twitter
Google+
Pinterest
Anas Nasuha

Liputanbnaten.co.id – Apa itu keanekaragaman hayati? Bagaimana kondisi keanekaragaman hayati di Indonesia? Pada umumnya, hal-hal seperti ini sangat jarang untuk diketahui. Namun perkembangan keanekaragaman hayati seharusnya menjadi pengetahuan yang sangat penting untuk selalu kita telusuri perkembangannya. Pada artikel ini, akan dijelaskan betapa pentingnya keanekaragaman hayati dan perkembangannya sampai saat ini.

Keanekaragaman hayati merupakan komponen terpenting dalam keseimbangan bumi dan isinya. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua makhluk hidup di bumi, termasuk keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman populasi yang dibentuknya. Keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga, yaitu keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekologi atau ekositem. Biodiversitas pada masa lampau dapat ditelusuri dari penempuan berbagai fosil. Jika dilihat dari sejak organisme ada dibumi hingga sekarang, keanekaragaman hayati mengalami peningkatan. Tetapi, lebih dari 90% spesies yang ada sebelumnya telah punah. Terjadi kepunahan masal beberapa kelompok taksonomi yang berbeda pada waktu yang berbeda, sehingga mengurangi keanekaragaman hayati. Saat ini diperkirakan terdapat 13.5 juta spesies, dengan 1.75 juta yang terdeskripsi secara detail. Menurut Red List IUCN, singa di Afrika mengalami penurunan 65% dan tuna sirip biru mengalami penurunan 95%.

Apakah keanekaragaman hayati penting? Tentu saja. Keberadaan satu spesies menjadi penyeimbang ekosistem. Lebih dari 300.000 spesies tumbuhan berbunga dimanfaatkan oleh manusia, begitu juga pada hewan dimanfaatkan sebagai makanan ataupun susu. Selain itu, lebih dari 60% populasi manusia memanfaatkan tumbuhan sebagai obat-obatan, digunakan untuk material industri dari organisme, seperti bahan bangunan atau bahan kimia, dan juga sebagai objek wisata. Namun di Indonesia saat ini, konservasi spesies atau habitat flora dan fauna mulai terancam. Bahkan menurut data yang ada, Indonesia adalah negara pembunuh hiu terbesar di dunia.

Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas tertinggi ke dua di dunia setelah Brazil, dan Indonesia disebut sebagai Megabiodiversitas. Tetapi jika digabung dengan biodiversitas lautan, Indonesia menempati peringkat 1 dunia, dengan tingkat kepunahan di Indonesia menempati peringkat 6 dunia. Indonesia sendiri memliki lebih dari 17000 pulau, 25000 spesies Angiospermae, 12% mamalia dari seluruh dunia, 16% reptil, 17% burung, 6% amphibi, 45% ikan, dan masih banyak lagi.

Saat ini, biodiversitas di Indonesia mengalami krisis atau penurunan yang disebabkan oleh ulah manusia ataupun perubahan iklim. Penurunan ini dikarenakan overeksplorasi dan perusakan serta ambil alih habitat untuk tujuan ekonomi, peningkatan populasi manusia yang menggeser habibat populasi lain, perkembangan industri yang tidak ramah terhadap ekosistem, dan puncaknya yaitu kepunahan spesies. Peningkatan populasi manusia yang berakibat pada meningkatnya konsumsi merupakan tantangan biodiversitas dan akan berkurangnya habitat bagi keanekaragaman hayati. Diperkirakan akan kehilangan 20-50% dari semua spesies dalam abad berikutnya, oleh karena itu upaya konservasi perlu ditingkatkan kembali, terutama di negara-negara megabiodiversitas, termasuk Indonesia.

Kerusakan alam dan hilangnya habitat telah menyebabkan puluhan ribu spesies terancam punah. Eksploitasi berlebihan serta masuknya spesies invasif mengancam biodiversitas di Indonesia. Sejumlah besar hutan di Kalimantan dan Sumatera telah musnah dan tidak ada reboisasi yang signifikan, Miris!. Sebaliknya, sejumlah besar hutan telah diubah menjadi lahan perkebunan, khususnya kelapa sawit. Kelapa sawit adalah penghasil minyak sayur paling produktif dan menguntungkan untuk produksi biofuel dan hanya tumbuh di daerah tropis serta telah dibudidayakan secara besar-besaran di Indonesia. Permintaan global terhadap kelapa sawit diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya. Proses produksi kelapa sawit cenderung mengurangi air tawar dan kualitas tanah dan menghambat migrasi spesies. Saat ini, pulau kalimantan, hampir kehilangan tutupan hutannya. Perluasan perkebunan kelapa sawit sangat mengkhawatirkan dengan permintaan yang semakin meningkat tajam. Dengan keadaan dunia dan Indonesia seperti ini, dikhawatirkan keanekaragaman hayati terus mengalami penurunan setiap tahunnya tanpa dilakukannya konservasi dan peremajaan hutan. Oleh karena itu, biodiversitas merupakan komponen terpenting untuk selalu kita jaga dan kita lestarikan agar kehidupan di bumi tetap stabil dan terjaga.

Penulis : Anas Nasuha
Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Sains, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here